Physical 100, Reality Show yang Mirip Squid Game

4 min read

Physical 100

Bagi kalian yang telah menonton drama Korea berjudul Squid Game dengan genre thriller pasti tahu mengenai reality show terbaru dari Netflix berjudul Physical 100. Pada acara tersebut terdapat banyak sekali pemain yang mendapatkan tantangan menarik.

Baca juga : 8 Daftar Pameran Game di Dunia yang Sangat Dinanti

Namun, tidak seperti drama Squid Game yang dapat berujung kematian para pemainnya, acara tersebut masih manusiawi untuk ditonton. Bahkan, semenjak tayangnya Squid Game, acara ini menjadi lebih meriah karena penonton ingin tahu seperti apa keseruan mereka.

Buat kalian yang belum paham mengenai acara tersebut, bisa banget untuk menonton terlebih dulu di aplikasi Netflix dan rasakan keseruan dari para pemainnya.

Apa itu Physical 100?

Physical 100

Serial Netflix Physical 100 telah menarik perhatian penonton global. Acara ini berasal dari Korea Selatan, berhasil menjadi serial populer di seluruh dunia pada minggu ke 6-12 sejak bulan Februari. 

Bahkan, event tersebut mampu masuk dalam peringkat 10 besar di 78 negara (hanya kalah dari satu acara berbahasa Inggris).

Ini juga menjadi pertama kalinya sebuah reality show dari Korea Selatan mencapai peringkat pertama di Netflix.

Dalam serial ini, terdapat 100 peserta bersaing untuk meraih gelar “fisik pamungkas”. Mereka harus bertahan dan berkompetisi untuk memenangkan hadiah sebesar 300 juta Won Korea (sekitar Rp. 3,5 miliar). Pemenangnya akan diumumkan pada episode terakhir yang tayang pada tanggal 21 Februari.

Meskipun ada kesamaan dengan Squid Game, event tersebut memiliki format kompetisi bertahan hidup paling sederhana yang pernah kita lihat. Para peserta saling berjuang secara fisik tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau ras.

Tantangan dalam acara ini termasuk peserta harus menggantung dalam waktu lama, mencuri bola dari peserta lain, dan menarik kapal seberat dua ton melintasi ruangan berlantai pasir cukup luas.

Namun, bagian paling pentingnya adalah para penggemar menggambarkan Physical 100 sebagai sebuah kompetisi bertahan hidup yang “positif“. 

Menurut Elodie Wu, seorang penggemar asal Prancis yang mengikuti serial ini, ia mengatakan bahwa, acara tersebut lebih dari sekadar para pria dan wanita luar biasa. Terdapat nilai-nilai tentang semangat tim, pencapaian tinggi, dan ketahanan mental maupun fisik.

Menurutnya, daripada reality show dari Barat lainnya, para kontestannya bahkan tidak mencela satu sama salin meski sangat kompetitif dan sengit sehingga terlihat tetap sangat positif. Serial Korea terbaru ini juga menonjol dalam beberapa aspek.

Fakta Menarik dari Physical 100

Physical 100
Physical 100

Selain ditayangkan melalui Netflix, acara satu ini juga memiliki berbagai fakta lain yang cukup mencengangkan sebagai reality show pertama dari Korea yang mendunia. Beberapa di antaranya mengenai fakta Physical 100 bisa kalian cek berikut ini.

  • Serial Pertama yang Ditulis Seorang Produser Dokumenter

Serial sukses ini merupakan karya dari Jang Ho Gi, seorang produser di salah satu studio televisi terkemuka di Korea Selatan. 

Selama karirnya, Jang Ho Gi telah fokus membuat film dokumenter yang serius, biasanya mencakup isu-isu sosial sangat kompleks dan penipuan paling kontroversial.

Meskipun ini adalah pertama kalinya Jang Ho Gi mengajukan proposal untuk sebuah reality show, acara ini berhasil menjadi proyek reality show terbesar yang pernah didanai oleh Netflix dan mendapatkan persetujuan hanya dalam waktu dua minggu.

“Proposal itu sederhana, tetapi terlihat menjanjikan,” kata salah satu kontak di Netflix yang pertama kali membaca proposal email tersebut.

  • Physical 100 Tayang Tanpa Subtitle

Dengan keahlian produser dalam pembuatan film dokumenter, Physical 100 memiliki fokus pengambilan kamera sangat ketat pada inti acara mereka.

Lebih dari 200 kamera digunakan untuk mengabadikan setiap tetes keringat dan gerakan fleksibel dari otot dan urat para peserta tersebut. 

Kamera-kamera khusus, termasuk beberapa dengan kecepatan tinggi, dipergunakan untuk menangkap ekspresi wajah dan pergerakan tubuh peserta setiap detiknya.

Pendekatan ini merupakan perbedaan paling signifikan dari acara realitas populer sebelumnya di Korea Selatan. Karena biasanya bergantung pada karir atau subtitle untuk menerjemahkan dialog dalam gambar, lalu ditampilkan di bagian bawah layar atau dalam bentuk teks. 

Keputusan untuk tidak melibatkan pembawa acara atau selebriti panelis juga merupakan bagian dari strategi yang disengaja untuk membedakan acara ini.

Hal ini diyakini menjadi salah satu faktor kesuksesan paling menarik perhatian penonton global. Fokus pada tubuh dengan permainan sederhana cukup mudah dipahami oleh penonton asing, meskipun mereka tidak memahami bahasa yang digunakan.

  • Tidak Disiarkan ke Korea Selatan

Berbeda dengan event reality show lainnya, Physical 100 malah tidak ditayangkan ke negara asalnya. 

Pencipta serial, Jang, saat ini masih bekerja untuk MBC, sebuah stasiun televisi terkemuka di Korea Selatan yang juga ikut memproduksi acara ini. 

Namun, ketika Jang mengusulkan ide ceritanya kepada Netflix, perusahaan tersebut sepenuhnya mendanai acara tersebut. Akibatnya, acara ini hanya ditayangkan melalui platform streaming Netflix.

Banyak pengamat pertelevisian mengungkapkan bahwa serial ini tidak mungkin dapat disiarkan di Korea. Sebagai stasiun penyiaran publik, MBC harus menyensor semua tato peserta, sesuai dengan praktik umum untuk menghindari kontroversi lain muncul.

Meskipun tato semakin populer, terutama di generasi muda, tetapi masih banyak dikaitkan dengan geng atau kejahatan masa lalu. Sikap Korea terhadap tato masih sangat konservatif, sehingga hanya dokter medis yang diizinkan secara sah untuk melakukan tato.

Kata-kata kasar selama acara tersebut berlangsung juga harus disensor atau dihilangkan agar sesuai dengan peraturan penyiaran Korea. Karena ungkapan yang diterjemahkan sebagai “sialan” tidak akan diterima dalam media penyiaran.

  • Ternyata Tidak Ada Kemiripan dengan Squid Game di Kehidupan Nyata

Banyak penonton dengan cepat mengaitkan acara ini dengan drama Korea sebelumnya yang populer, yaitu Squid Game. Faktanya, bahkan para peserta dalam acara tersebut juga memberikan komentar persamaannya dengan Squid Game.

Kedua acara tersebut memiliki format survival dan berfokus pada mencari pemenang terakhir yang berhak atas hadiah besar. 

Kesederhanaan permainan, baik itu permainan tradisional di Squid Game maupun permainan fisik dalam Physical 100, menjadi elemen terhubungnya kedua acara tersebut.

Dalam konferensi pers baru-baru ini, Jang, pencipta acara tersebut, mengungkapkan niatnya untuk menciptakan pengalaman sinematik “surealis” sambil tetap berhubungan dengan realitas manusia. 

Seperti halnya Squid Game, saya berharap acara ini dapat melintasi batas antara kenyataan dan fantasi,” kata sang produser tersebut.

Menariknya, sutradara musik Physical 100, Kim Sung-soo, juga terlibat dalam menggarap musik latar Squid Game. Sehingga kesan yang didapat dari para penggemar ketika menonton event tersebut memang hampir mirip dengan drama Korea Squid Game.

Namun, tetap saja berbeda ya karena kalian tidak akan melihat event penuh darah serta menguras emosi sekaligus penuh trigger seperti drama tersebut.

  • Terdapat Keberagaman dari Para Pesertanya

Event tersebut memiliki komitmen kuat dalam mencari kondisi fisik terbaik, tanpa memandang faktor usia, jenis kelamin, atau ras peserta.

Hal ini menjadi fokus utama dari acara tersebut, mulai dari tinggi badan peserta berkisar antara 150 cm hingga 200 cm, sedangkan berat badannya berkisar dari 40 kg hingga 130 kg.

Meskipun begitu, acara ini juga menampilkan variasi sangat menarik. Misalnya, ada kasus Juara senam Olimpiade 2012 bertubuh kecil, Yang Hak-seon, dengan tinggi 160 cm dan berat 51 kg, harus bersaing dengan para atlet MMA berbadan besar dan mantan agen Navy SEAL Korea. 

Selain itu, terdapat juga 23 perempuan dengan berbagai ukuran tubuh menunjukkan kekuatan fisik dan mental mereka selama permainan berlangsung.

Menariknya, event tersebut juga mencakup beberapa peserta non-Korea, mereka sering disebut sebagai “orang asing” dalam acara tersebut. Hal ini mungkin menjadi pertimbangan penting jika acara ini akan menghasilkan sekuel dengan daya tarik lebih luas.

Jang sendiri telah menyatakan dalam konferensi pers baru-baru ini bahwa dirinya ingin melibatkan berbagai tipe fisik dari seluruh dunia di masa depan, termasuk berdasarkan benua atau wilayah budaya tertentu.

  • Terdapat Kontroversi Seperti Layaknya Reality Show Pada Umumnya

Namun, beberapa adegan dalam event Physical 100 ini telah menimbulkan kontroversi. Salah satunya terjadi ketika peserta pria memilih untuk berhadapan dengan seorang binaragawan perempuan dalam pertandingan satu lawan satu, lalu dirinya menekan lututnya ke dadanya.

Binaragawan tersebut kemudian memberikan tanggapannya melalui akun Instagramnya dengan mengatakan, bahwa itu adalah bagian dari kompetisi survival dan dianggap sebagai tindak adil. 

Namun, ia juga menyatakan niatnya untuk mengambil tindakan hukum terhadap komentator yang membuat komentar tidak pantas secara seksual atau mengubah gambar dirinya.

Dengan meningkatnya popularitas acara ini di seluruh dunia, muncul pula klaim dan balasan klaim terkait kesepakatan produksi bersama.

Perusahaan penyedia konten Ascendio, dalam laporan yang dikeluarkan pada bulan Januari, mengklaim, bahwa mereka terlibat dalam produksi event tersebut sehingga harga saham mereka mengalami kenaikan yang signifikan. 

Baca juga : Mengenal Game Mewarnai Google yang Sedang Populer

Namun, pihak MBC dan co-produser Luyworks Media membantah klaim dari Ascendio mengenai keterlibatan mereka dalam Physical 100. Kemungkinan, isu tersebut akan diselesaikan melalui proses hukum di pengadilan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *